Pengertian
remaja (menurut Mappiare: 1982 dalam Ali Mohammad dan Mohammad Asrori) dalam
bahasa aslinya disebut adolescence mencangkup kematangan mental,
emosional, sosial dan fisik yang mengatakan bahwa secara psikologis remaja
adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam masyarakat
dewasa suatu usia, dimana anak tidak merasa bahwa dirinya berada dibawah
tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar.
Pengertian
Perkelahian antar Pelajar
Menurut Sofyan S, Willis (2005)
perkelahian adalah merupakan suatu perbuatan yang mengganggu keamanan dan
ketertiban umum, dimana perkelahian menunujukkan tindakan dari kedua belah
pihak secara bersamaan. Sebagaimana kita ketahui bahwa perkelahian antar
pelajar melibatkan beberapa orang pelajar yang turut serta baik dalam
perkelahian maupun dalam penyerangan. Jadi, perkelahian antar pelajar adalah
suatu perbuatan yang dilakukan oleh beberapa orang pelajar yang dilakukan
secara beramai-ramai (massal), baik perbuatan tersebut dilakukan secara
memukul, menendang, menusuk dengan pisau tumpul dan benda tajam yang mana semua
itu dapat mengakibatkan rasa derita pada orang lain yang menjadi korban.
Penyebab
Terjadinya Perkelahian antar Pelajar
Menurut
Kartono (1986) ada beberapa landasan teori tentang penyebab perkelahian antar
pelajar, yaitu:
1.
Teori
Biologis
Menekankan faktor nature sebagai
penentu perkembangan manusia: kematangan, dasar-dasar biologis perilaku dan
proses mental.
2.
Teori
Psikologis
Teori ini menekankan sabab-sebab tingkah
laku anak-anak dari aspek psikologis dan isi kejiwaannya antara lain faktor
intelegensi, ciri kepribadian, motivasi, sikap-sikap yang salah, fantasi,
resonalisasi yang keliru, konflik batin,emosi yang kontroversi, kecenderungan
psikologis, dll.
3.
Teori
Sosiogenesis
Tingkah laku pada anak-anak remaja ini
adalah murni sosiologis atau sosial-psikologis misalnya disebabkan oleh
pengaruh stuktur sosial yang deviatif, tekanan kolompok, peran sosial, status
sosial atau iinternalisasi simbolis yang keliru maka faktor-faktor kultural
dalam sosial itu sangat mempengaruhi, status individu ditengah kelompoknya,
partisipasi sosial dan pendefinisian diri atau konsep diri.
4.
Teori
Subkultur
Mengkait sistem nilai,
kepercayaan/keyakinan, ambisi-ambisi tertentu (misalnya ambisi materiil, hidup
bersantai, pola kriminal, relasi heteroseksual bebas, dll) yang memotivasi
timbulnys kolompok-kelompok remaja berandal dan kriminal. Sedang perangsangnya bisa
berupa mendapatkan status sosial “terhormat” ditengah kelompoknya, prestise
sosial, relasi sosial, dan hadiah-hadiah materiil lainnya.
Menurut DR. Sofyan S. Wilis, M.Pd
dalam bukunya Remaja Dan Masalahnya (2005)ada beberapa faktor penyebab
perkelahian antar pelajar, yaitu:
A.
Faktor
yang ada di dalam diri pelajar sendiri
1. Lemahnya Pertahanan Diri
Adalah faktor
yang ada dalam diri untuk mengontrol dan mempertahankan diri terhadap
pengaruh-pengaruh negatif dari lingkungan. Jika ada pengaruh negatif berupa tontonan
negatif, bujukan negatif seperti pecandu dan pengedar narkoba, ajakan-ajakan
untuk melakukan perbuatan-perbuatan negatif, sering tidak bisa menghindar dan
mudah terpengaruh. Akibatnya pelajar itu terlibat ke dalam kegiatan-kegiatan
negatif yang membahayakan dirinya dan masyarakat.
2. Kurangnya Kemampuan Dalam Menyesuaikan Diri
Keadaan ini
amat terasa di dunia pelajar. Banyak ditemukan pelajar yang kurang pergaulan.
Inti persoalannya adalah ketidak mampuan penyesuaian diri terhadap lingkungan
sosial,dengan mempunyai daya pilih teman bergaul yang membantu pembentukan
perilaku positif. Anak-anak yang terbiasa dengan pendidikan kaku dan dengan
disiplin ketat di keluarga menyebabkan masa remajanya juga kaku dalam bergaul,
dan tidak pandai memilih teman yang bisa membuat dia berkelakuan baik. Yang
terjadi adalah sebaliknya yaitu, para pelajar salah bergaul. Hal ini bisa
terjadi karena teman-temannya menghargainya. Karena mendapat penghargaan di
kelompok geng nakal, pelajar itupun akan ikut nakal.
3.
Kurangnya Dasar-dasar Keimanan di Dalam Diri Pelajar
Masalah agama
merupakan suatu yang sangat krusial bagi seorang pelajar. Karena agama
merupakan benteng diri pelajar dalam menghadapi berbagai cobaan yang datang
padanya sekarang dan masa yang akan datang. Sekolah dan orang tua harus bekerja
sama bagaimana memberikan pendidikan agama secara baik, mantap, dan
sesuai dengan kondiri pelajar saat ini.
B.
Faktor
Lingkungan Yang Tidak Kondusif
Pengaruh sosial
dan kultur memegang peranan yang besar dalam menentukan perkembangan seorang
anak dalam bertingkah laku. Kenakalan pada remaja dimana dalam hal ini mereka
sangat terpengaruh oleh keadaan sosial yang buruk sehingga si anak menjadi
nakal. Pengaruh lingkungan pergaulan yan buruk ditambah kontrol sosial dan
kontrol diri yang semakin lemah maka dapat mempercepat pertumbuhan
kelompok-kelompok anak nakal yang suka melakukan kegiatan-kegiatan yang
bertentangan dengan hukum sepert beramai-ramai atau secara massal.
Milieau atau
lingkungan sekitar tidak selalu baik, dan menguntungkan bagi pendidikan dan
perkembangan anak, lingkungan yang ada kalanya dihuni oleh orang dewasa
serta anak-anak muda kriminil dan anti sosial yang bisa merangsang timbulnya
reaksi emosional buruk bagi anak-anak remaja atau pelajar yang masih labil
jiwanya. Dengan begitu anak-anak remaja ini mudah terjangkit oleh pola tingkah
laku kriminal, asusila dan anti sosial.
Kelompok orang
dewasa yang kriminil dan a susila tersebut itu sangat berpengaruh terhadap anak
remaja khususnya pelajar yang berada di lingkungan tersebut untuk berbuat dan
bertingkah laku seperti meniru apa yang dilakukan oleh orang-orang dewasa yang
anti soial dan kriminal, seperti sering membuat keributan dan senang berkelahi.
C.
Faktor
Lingkungan Sekolah
Sekolah
merupakan tempat pendidikan kedua setelah rumah tangga. Karena itu ia cukup
berperan dalam membina anak untuk menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab.
Khusus mengenai tugar kurikuler, maka sekolah berusaha memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya sebagai bekal untuk kelak jika anak telah
dewasa dan terjun ke masyarakat. Akan tetapi tugas kurikuler saja tidaklah
cukup untuk membina anak menjadi orang dewasa yang bertanggung jawab. Karena
itu sekolah bertanggung jawab pula dalam kepribadian anak didik. Dalam hal ini
peranan guru sangat diperlukan sekali. Jika kepribadian guru buruk, dapat
dipastikan akan menular kepada anak didik.
Hal ini
dikatakan oleh ahli psiko higenis yaitu (Bernard 1961;113 dalam Sofyan S.
Wilis) sebagai berikut : ” Teacher personality is contagious, if he is
tense, irritable, dominating or careless, the pupil will show the evidence of
tension, crossness, and lack of social grace and will produce slovenly work “.
Artinya:
perilaku guru yang buruk seperti tegang, marah, mudah tersinggung, menguasai
murid, maka para murid akan tertular oleh sifat dan perilaku guru tersebut.
Dalam rangka
pembinaan anak didik kearah kedewasaan itu, kadang-kadang seklah juga penyebab
dari timbulnya kenalan remaja . Hal ini mungkin bersumber dari guru, fasilitas
pendidikan, norma-norma tingkah laku, kekompakan guru dan suasana interaksi
antara guru dan murid perlu menjadin perhatian serius. Ada bebapa faktor yang
berhubungan dengan lingkungan sekolah yang tidak menyenangkan seorang anak
pelajar.
D.
Faktor
Guru
Dedikasi guru
merupakan pokok terpenting dalam tugas mengajar. Guru yang penuh dedikasi
berarti guru yang ikhlas dalam mengerjakan tugasnya. Bila terjadi kesulitasn di
dalam tugasnya, ia tidak mudah mengeluh dan mengalah. Melainkan dengan penuh
keyakinan diatasinya semua kesulitan tersebut. Berlainan dengan guru yang tanpa
dedikasi. Ia bertugas karena terpaksa, sebab tidak ada lagi pekerjaan lain yang
mampu dikerjakannya. Akibatnya ia mengajar adalah karena terpaksa dengan motif
mencari uang. Guru yang seperti ini mengajarnya asal saja, sering bolos, tidak
berminat meningkatkan pengetahuan keguruannya. Akibatnya murid-murid yang
menjadi korban, kelas menjadi kacau, murid-murd berbuat seenaknya saja di dalam
kelas dan hal seperti inilah yang merupakan sumber kenakalan, sebab guru tidak
memberikan perhatian yang penuh kepada tugasnya.
1. Guru Pembimbing/BK
Peran guru
sebagai pembimbing merupakan dambaan dari setiap siswa. Kenakalan remaja
bersumber pada hilangnya makna keberadaan diri siswa ditengah galau pembangunan
di segala bidang. Rasa keterasingan, frustasi, konflik dan stress berkecamuk
pada diri mereka, dan penyalurannya adalah kenakalan. Jika guru pembimbing/BK
mampu melaksanakan harapan siswa yakni mengutamakan membimbing daripada
mengajar, besar kemungkinan kenakalan dapat dikurangi. Sebagai pembimbing, guru
harus memnuhi syarat kepribadian, dan sedikit ilmu tentag pribadi siswa, serta
kemampuan berkomunikasi atau keterampilan konseling.
Mengenai
kemampuan guru dibidang bimbingan dan konseling ( BK ) masih memprihatinkan.
Kebanyakan mereka beranggapan bahwa BK itu adalah urusan guru yang dikhususkan
dibidang tersebut, yaitu guru BK. Berhubung guru BK amat terbatas
jumlahnya,maka jalan keluar adalah : semua guru harus berperan sebagai
pembimbing.
Guru BK juga
harus menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai seorang pembimbing yang
profesional dalam menghadapai berbagai kemelut yang terjadi pada setiap pribadi
siswa, tanggap dalam mencari solusi terhadap permasalahan siswa tersebut serta
membuat suatu program kerja secara kontinyu dalam pembinaan siswa agar kondisi
anak terpantau. Bukan hanya sekedar menjalankan tugas saja namun keberadaannya
sama sekali tidak dirasakan oleh para pelajar tersebut.
2.
Fasilitas Pendidikan
Kurangnya
fasilitas pendidikan menyababkan penyaluran bakat dan keinginan pelajar
terhalang. Bakat dan keinginan yang tidak tersalur pada masa sekolah, mungkin
akan mencari penyaluran kepada kegiatan-kegiatan yang negatif. Misalnya bermain
di jalanan umum, di pasar, di mall dan sebagainya yang mungkin akan
berakibat buruk terhadap anak. Kekurangan fasilitas pendidikan yang lain
seperti alat-alat pelajaran, alat-alat praktik, alat kesenian dan olagraga,
juga dapat merupakan sumber gangguan pendidikan yang juga mengakibatkan
terjadinya berbagai tingkah laku negatif pada anak didik.
Dampak
Perkelahian antar Pelajar
Dampak positif
1.
Menimbulkan
keberanian, karena tidak takut akan sesama pelajar.
2. Penghargaan
”rasa terhormat” terhadap seorang pelajar pada suatu kelompok pelajar
yang berkelahi.
Dampak Negatif
A.
Bagi
pelajar
1. Akan dijauhi
teman.
2. Menimbulkan
luka fisik.
3. Tindak pidana
jika mengakibatkan luka fisik maupun kematian pada seseorang.
B.
Bagi
Sekolah
1. Kerugian
materiil yang mungkin timbul seperti rusaknya gedung sekolah maupun peralatan
lain akibat dari pelemparan benda dari pihak lain.
2. Kerugian yang
menyangkut nama baik sekolah dalam masyarakat maupun aparat keamanan, yakni
timbulnya kesan sekolah urakan dan menjadi pengawasan dari pihak yang berwajib.
C.
Bagi
Masyarakat
Akibat yang
langsung dialami oleh masyarakat dari perkelahian antar pelajar itu adalah
terganggunya ketertiban dan keamanan di lingkungan sekitarnya. Kemudian apabila
frekuensi kenakalan remaja dan perkelahian antar pelajar demikian tinggi maka
tidak mustahil kindisi dan situasi lingkungan masyarakat yang rawan yang
memungkinkan timbulnya bibit baru remaja yang nakal.
Peran Bimbingan
dan Konseling terhadap perkelahian atau tawuran
Peranan sekolah juga sangat penting
dalam penyelesaian masalah ini. Untuk meminimalkan tawuran antar pelajar,
sekolah harus menerapkan aturan tata tertib yang lebih ketat, agar siswa/i
tidak seenaknya keluyuran pada jam – jam pelajaran di luar sekolah. Yang kedua
peran BK ( Bimbingan Konseling harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental
siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga
persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran.
Bimbingan Konseling harus diaktifkan
dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi bagi siswa yang
mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang tadinya dapat jadi
pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga mengkondisikan suasana sekolah
yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru disekolah semestinya tidak hanya
mengajar tetapi menggatikan peran orang tua mereka. Yakni mendidik.Yang keempat
penyediaan fasilitas untuk menyalurkan energi siswa. Contohnya remaja semakin
menjadi semenjak terciptanya geng-geng. Perilaku anarkis selalu dipertontonkan
di tengah-tengah masyarakat. Mereka itu sudah tidak merasa bahwa perbuatan itu
sangat tidak terpuji dan bisa mengganggu ketenangan masyarakat.Sebaliknya
mereka merasa bangga jika masyarakat itu takut dengan geng/kelompoknya. Seorang
pelajar seharusnya tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji seperti itu.
Biasanya permusuhan antar sekolah dimulai dari masalah yang sangat sepele.
Namun remaja yang melakukan perkelahian peran BK ( Bimbingan Konseling
harus diaktifkan dalam rangka pembinaan mental siswa, Membatu menemukan solusi
bagi siswa yang mempunyai masalah sehingga persoalan-persoalan siswa yang
tadinya dapat jadi pemicu sebuah tawuran dapat dicegah. Yang ketiga
mengkondisikan suasana sekolah yang ramah dan penuh kasih sayang . Peran guru
disekolah semestinya tidak hanya mengajar tetapi menggatikan peran orang tua
merea, yakni mendidik, yang keempat penyediaan fasilitas untuk menyalurkan
energi siswa.
Bagaimana Cara
Mengatasinya
A.
Di
Lingkungan Sekolah
1.
Memberikan
pengawasan secara wajar terhadap pergaulan anak remaja di lingkungan
masyarakat.
2.
mengintensifikasikan
pelajaran agama bagi pelajar.
3.
Mengintensifikasikan
bagian Bimbingan Konseling (BK) di sekolah dengan cara mengadakan Tenaga ahli
atau menatar guru-guru untuk mengelola bagian ini.
4.
Adanya
kesamaan norma-norma yang dipegang oleh guru-guru, hal ini akan menimbulkan
kekompakan dalam membimbing murid-murid. Adanya kekompakan itu akan
menimbulkan kewibawaan guru di mata murid-murid, dan sekaligus memperkecil
timbulnya kenakalan.
5.
Melengkapi
fasilitas sekolah, yaitu seperti gedung, laboratorium, mesjid, alat-alat
pelajaran, alat-alat olah raga dan kesenian, alat-alat ketrampilan, dan
sebagainya. Dengan lengkapnya fasilitas tersebut akan dapat digunakan untuk
mengisi waktu terluang misalnya selama libur sekolah. Di samping itu dapat pula
menembangkan bakat murid-murid dalam rangka menuju hidup berwiraswasta
danberdikari nantinya setelah mereka terjun ke masyarakat.
B.
Di
Lingkungan Masyarakat
Kegiatan-kegiatan
atau organisasi masyarakat yang positif yang membantu kearah tercapainya tujuan
pendidikan, contohnya Palang Merah Remaja (PMR), organisasi Karang Taruna,
organosasi olahraga, dll.
KENAKALAN REMAJA
Kenakalan remaja meliputi
semua perilaku yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana yang dilakukan
oleh remaja. Perilaku tersebut akan merugikan dirinya sendiri dan orang-orang
di sekitarnya.
Para ahli pendidikan sependapat bahwa remaja adalah mereka yang berusia 13-18 tahun. Pada usia tersebut,
seseorang sudah melampaui masa kanak-kanak, namun masih belum cukup matang
untuk dapat dikatakan dewasa. Ia berada pada masa transis.
Definisi kenakalan remaja menurut para ahli
1.
Kartono,
ilmuwan sosiologi “Kenakalan Remaja atau dalam
bahasa Inggris dikenal dengan istilah juvenile delinquency merupakan gejala patologis
sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial.
Akibatnya, mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang”.
2.
Santrock
“Kenakalan remaja merupakan
kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial
hingga terjadi tindakan kriminal.”
Sejak kapan masalah kenakalan remaja mulai disoroti?
Masalah kenakalan mulai mendapat perhatian masyarakat secara
khusus sejak terbentuknya peradilan untuk anak-anak nakal (juvenile court) pada
1899 di Illinois, Amerika Serikat.
Jenis-jenis kenakalan remaja
2. Seks bebas
3. Tawuran antara pelajar
Perilaku ‘nakal’ remaja bisa disebabkan oleh faktor dari remaja
itu
sendiri (internal) maupun faktor dari luar (eksternal).
Faktor internal:
1.
Krisis
identitas: Perubahan biologis dan sosiologis
pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama,
terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua,
tercapainya identitas peran. Kenakalan ramaja terjadi karena remaja gagal mencapai
masa integrasi kedua.
2.
Kontrol
diri yang lemah: Remaja yang tidak bisa mempelajari
dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yang tidak dapat
diterima akan terseret pada perilaku ‘nakal’. Begitupun bagi mereka yang telah
mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri
untuk bertingkah laku sesuai dengan pengetahuannya.
Faktor eksternal:
1.
Keluarga
dan Perceraian orangtua, tidak adanya komunikasi
antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu
perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah di keluarga pun, seperti
terlalu memanjakan anak, tidak memberikan pendidikan agama, atau penolakan
terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja.
2. Teman sebaya yang kurang baik
3. Komunitas/lingkungan tempat tinggal yang kurang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan/ cara mengatasi kenakalan remaja:
1.
Kegagalan mencapai identitas peran
dan lemahnya kontrol diri bisa dicegah atau diatasi dengan prinsip keteladanan.
Remaja harus bisa mendapatkan sebanyak mungkin figur orang-orang dewasa yang
telah melampaui masa remajanya dengan baik juga mereka yang berhasil
memperbaiki diri setelah sebelumnya gagal pada tahap ini.
2. Adanya motivasi dari keluarga, guru, teman sebaya untuk melakukan
point pertama.
3.
Kemauan orangtua untuk membenahi
kondisi keluarga sehingga tercipta keluarga yang harmonis, komunikatif, dan
nyaman bagi remaja.
4.
Remaja pandai memilih teman dan
lingkungan yang baik serta orangtua memberi arahan dengan siapa dan di
komunitas mana remaja harus bergaul.
5.
Remaja membentuk ketahanan diri agar
tidak mudah terpengaruh jika ternyata teman sebaya atau komunitas yang ada
tidak sesuai dengan harapan.
Tata Cara
Pergaulan Remaja
Semua
agama dan tradisi telah mengatur tata cara pergualan remaja. Ajaran islam
sebagai pedoman hidup umatnya, juga telah mengatur tata cara pergaulan remaja
yang dilandasi nilai-nilai agama. Tata cara itu meliputi :
a.
Mengucapkan
Salam
Ucapan salam
ketika bertemu dengan teman atau orang lain sesama muslim, ucapan salam adalah
do’a. Berarti dengan ucapan salam kita telah mendoakan teman tersebut.
b.
Meminta
Izin
Meminta izin di
sini dalam artian kita tidak boleh meremehkan hak-hak atau milik teman apabila
kita hendak menggunakan barang milik teman maka kita harus meminta izin
terlebih dahulu
c.
Menghormati
orang yang lebih tua dan menyayangi yang lebih muda
Remaja sebagai
orang yang lebih muda sebaiknya menghormati yang lebih tua dan mengambil
pelajaran dari hidup mereka. Selain itu, remaja juga harus menyayangi kepada
adik yang lebih muda darinya, dan yang paling penting adalah memberikan
tuntunan dan bimbingan kepada mereka ke jalan yang benar dan penuh kasih
sayang.
d.
Bersikap
santun dan tidak sombong
Dalam bergaul,
penekanan perilaku yang baik sangat ditekankan agar teman bisa merasa nyaman berteman
dengan kita. Kemudian sikap dasar remaja yang biasanya ingin terlihat lebih
dari temannya sungguh tidak diterapkan dalam islam bahkan sombong merupakan
sifat tercela yang dibenci Allah.
e.
Berbicara
dengan perkataan yang sopan
Islam
mengajarkan bahwa bila kita berkata, utamakanlah perkataan yang bermanfaat,
dengan suara yang lembut, dengan gaya yang wajar dan tidak bual.
f.
Tidak
boleh saling menghina
Menghina /
mengumpat hukumnya dilarang dalam islam sehingga dalam pergaulan sebaiknya
hindari saling menghina di antara teman.
g.
Tak
boleh saling membenci dan iri hati
Rasa iri akan
berdampak dapat berkembang menjadi kebencian yang pada akhirnya mengakibatkan
putusnya hubungan baik di antara teman. Iri hati merupakan penyakit hati yang
membuat hati kita dapat merasakan ketenangan serta merupakan sifat tercela baik
di hadapan Allah dan manusia.
h.
Mengisi
waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat
Masa remaja
sebaiknya dipergunakan untuk kegiatan-kegiatan yang bermanfaat remaja harus
membagi waktunya dengan subjektif dan efisien, dengan cara membagi waktu
menjadi 3 bagian yaitu : sepertiga untuk beribadah kepada Allah, sepertiga
untuk dirinya dan sepertiga lagi untuk orang lain.
i.
Mengajak
untuk berbuat kebaikan
Orang yang
memberi petunjuk kepada teman ke jalan yang benar akan mendapatkan pahala
seperti teman yang melakukan kebaikan itu, dan ajakan untuk berbuat kebajikan
merupakan suatu bentuk kasih sayang terhadap teman.
kurang komplit kalau ngga ada daftar pustakanya. footnote atau bodynote.
BalasHapuslanjutkan karyanya lur.